Posted in Donghae, Fan Fiction, Kang Hamun, Kyuhyun, Lee Donghae, Series, Song Hyejin, Super Junior

A Broken Heart (5)

How are you? Enjoy part 5 🙂

“I realized i’m in love when i have many reasons not to love her but i still fight for a single reason why i do”

Mino tersenyum saat melihat Hamun memakan ddeokbokinya. “Ini adalah stan ddeokboki paling enak di daerah sini. Kau tahu yang lebih penting? Kalau kau bisa merebut hati ajjuma, kau bisa dapat diskon khusus. Apalagi di akhir bulan,” jelas Hamun sambil mengacungkan ibu jarinya pada ajjuma penjual ddeokboki.

“Terima kasih sudah membawa pelanggan baru untukku, Hamun agashi,” kata penjual itu sambil tersenyum. “Apa ini pacarmu?” tanyanya.

Belum sempat Hamun dan Mino bersuara, ada pria lain yang menjawab lebih dulu. “Ajjuma, dia bukan kekasih Hamun.”

“Ah, Donghae goon, aku sudah rindu padamu. Minggu ini kau belum mampir kesini,” sapa ajjuma itu. “Wah, beruntung sekali Hamun agashi. Dikelilingi dua pria tampan seperti ini. Kau lebih suka yang mana?” tanya ajjuma.

Donghae dan Mino sudah menatap Hamun menanti jawabannya. Tapi Hamun hanya tersenyum dan kembali menghabiskan ddeokbokinya.

Mino bingung dengan kehadiran Donghae. Tapi ia tidak mau ambil pusing. Ia kembali memperhatikan Hamun. “Hamun ah, itu di samping bibirmu ada saos,” kata Mino.

“Ha-Hamun ah?” tanya Hamun dan Donghae memastikan kalau mereka tak salah dengar.

“Waeyo? Memangnya ada yang salah? Aku tidak keberatan kalau kau memanggilku oppa, Hamun ah,” ujar Mino sambil tersenyum dan mengusap ujung bibir Hamun.

“Yaa! Kau! Singkirkan tangan kotormu,” seru Donghae sambil menepis tangan Mino. Donghae mengambil sapu tangannya dan mengelap ujung bibir Hamun. “Sini aku bersihkan biar tidak ada bakteri,” katanya.

Ini pertama kali Hamun melihat Donghae bersikap seperti ini. Mau tidak mau, ia tersenyum saat melihat wajah Donghae yang penuh kekesalan. “Mwo? Kau tersenyum? Wae? Kau senang dipanggil ‘Hamun-ah’ oleh pria lain?!” seru Donghae.

Baru Hamun hendak menjelaskan, Mino menyela terlebih dulu, “Sajangnim, memangnya kau punya hubungan khusus dengan Hamun? Sikapmu menunjukkan kau menganggapnya lebih dari sekedar teman,” ujar Mino yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

Hamun bisa melihat Donghae akan meledak dan mengungkapkan semua yang tidak perlu Mino tahu. Dengan segera, Hamun mengambil tindakan. “Mino ssi, kami hanya berteman,” jelas Hamun.

Mino menghela nafas panjang. Kini ia menatap Hamun lekat. “Kalau memang kalian hanya berteman, aku boleh mendekatimu, kan, Hamun ah?” tanya Mino.

Donghae menelan ludah, ia tidak menyangka Mino mengatakan itu pada Hamun. “Ha-hamun sangat menjaga hatinya. Ia tidak mudah membiarkan seorang pria mendekatinya,”

Hamun menatap Mino lirih. Apa yang dikatakan Donghae benar. Butuh usaha yang besar untuk mengizinkan Donghae kembali dalam kehidupannya. Hamun tak akan mampu jika ia harus menghadapi Mino juga. “Mianhe Mino ssi. Aku-“

Mino justru tersenyum. “Hamun ah, aku akan mundur sambil tersenyum jika kau memberikanku kesempatan untuk mencoba dan memberikan kesempatan pada dirimu untuk mengenalku. Kau tidak sejahat itu untuk menyuruhku langsung menyerah, kan?” tanya Mino.

Donghae menatap Hamun cemas sedangkan Hamun tidak tahu harus berkata apa pada Mino.

“Kau sudah diam selama 30 detik. Aku anggap, kau mengizinkan aku,” kata Mino. Kini Mino menatap Donghae. Donghae menyadari kalau Mino tidak main-main dengan perasaannya.

“Sudah selesai makannya, Hamun ah? Ddeokbokinya biar aku yang traktir ya. Ah, Donghae sajangnim juga aku traktir. Sajangnim habiskan dulu makannya pelan-pelan. Aku yang akan mengantar Hamun pulang,” ujarnya.

Donghae hendak mengikutinya namun Mino menahannya. “Sajangnim, let’s fight fairly. Kau sudah mengenal Hamun dari lama. Sekarang berikan aku waktu untuk saling mengenal dengan Hamun,” katanya.

Hamun menatap Donghae dengan bimbang. Mau tak mau, Donghae memberikan senyuman yang ia paksakan dan membiarkan kedua orang itu pergi.

Donghae: Hamun ah, aku mencintaimu. Aku mohon, jangan bimbang L Aku takut kau jatuh cinta pada Mino. Ia lebih tampan dariku. Lebih tinggi juga. Ya ya ya, Hamun ah? Aku mohon 😥

Hamun membuka smartphonenya saat ia mendapat notifikasi chat. Ia tersenyum saat membaca chat yang ternyata dari Donghae.

“Hamun ah, kau suka pria yang seperti apa?” tanya Mino dalam perjalanan pulang mereka.

“Aku suka pria yang tidak malu menunjukkan kelemahannya di depan wanita yang ia sukai,” katanya. Saat Hamun mengatakan itu, ia bisa melihat sosok seseorang dibenaknya.

*****

Sudah dua minggu ini Mino berhasil mengeksploitasi Hamun. Mino selalu mengajaknya pulang dengan alasan butuh pertolongan Hamun untuk ini-itu. Tentu saja Hamun tidak bisa menolak jika Mino membutuhkan pertolongan. Akhirnya yang bisa Donghae lakukan selama ini adalah mengikuti mereka kemana pun mereka pergi. Seperti saat ini.

Mino menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia mendapati Donghae berdiri beberapa meter dibelakang Hamun dan dirinya. “Sajangnim, kau tenang saja. Aku pasti mengantar Hamun sampai di rumahnya dengan selamat seperti biasanya,” ucap Mino yang telah menahan kekesalannya selama ini.

“Yaa, Mino ssi. Aku juga tinggal di daerah sini,” kilah Donghae saat mendapati Mino menatapnya kesal. Kalau bukan karena Hamun, dari dulu Donghae sudah akan memukulnya.

Hamun menoleh. Ia mendapati Donghae menatapnya tajam seakan berkata, ‘I’ll watch you’. Hamun tersenyum karena hal kecil itu.

Mino melihat interaksi mereka lalu menghela nafas panjang. “Selama ini aku kira, sajangnim bertepuk sebelah tangan. Ternyata tidak ya Hamun ah?” tanya Mino.

Hamun tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Apakah terlihat jelas?” tanyanya.

“Sangat jelas sampai aku tidak bisa menyangkalnya lagi,” kata Mino. “Kau menunjukkan banyak ekspresi saat berinteraksi dengannya. Kau bisa kesal, tersipu malu, marah, dan usil padanya. Tapi saat denganku, kau tidak bisa seperti itu,”

“Nice reasoning. Mino ssi, kau sangat pintar, pantas Kyuhyun sajangnim sangat membanggakanmu,”

“Tapi apakah hatimu sudah baik-baik saja?” tanya Mino yang membuat Hamun heran.

“Aku serius saat aku bilang mau mendekatimu. Aku ingin mengenalmu jadi aku tanya semua orang, terutama Hyejin noona. Well, dia memberitahuku rahasia terpenting diantara kalian,” ucap Mino.

“Awas Hyejin eonni kalau ketemu nanti,” gumam Hamun yang bisa didengar Mino.

“Hyejin Noona memberitahu itu karena dia pikir aku akan menyerah setelah mendengarnya.”

Hamun menghentikan langkahnya dan menatap Mino lirih. “Mino ssi, aku tahu rasanya tersakiti. Oleh karena itu, aku tidak mau menyakitimu,”

Mino menatap Hamun lekat. “Hm, sekarang, coba berikan alasan padaku supaya aku bisa menyerah,”

Hamun terdiam sesaat lalu menghela nafas panjang. “Mino ssi, he has many reasons not to love me but he still fight for a single reason why he does. It’s hard to accept his heart again, but my heart always told me to forgive him. At first I didn’t understand myself but now I realized that all this time, hidden underneath my chest, I always wait for him to keep his promise. I’m waiting because I love him,”

Mino tersenyum pada Hamun. “Jadi, aku tidak punya harapan lagi, Hamun ah?” tanyanya.

Hamun tersenyum lirih. “Mianhe, Mino ssi,” katanya.

“Kalau kau benar-benar merasa bersalah, kau harus kembali memanggilku oppa. Mulai hari ini dan seterusnya. Deal?”

“Deal, Mino oppa,” kata Hamun sambil menautkan jari kelingkingnya dengan milik Mino.

“Yaa, yaa, hentikan, hentikan. Aku sudah mendiamkan daritadi tapi kau malah pegang-pegang kelingking Hamun. Dasar,” seru Donghae yang langsung berlari menghampiri mereka. Donghae memutus kaitan kelingking mereka.

“Gwencana Hamun ah? Sini aku bersihkan,” kata Donghae sambil mengelap kelingking Hamun dengan sapu tangannya.

Mino menghela nafas saat melihat wajah Hamun tersenyum. “Baiklah. Aku sudah mengantar Hamun sampai sini. Aku titip Hamun ya, Donghae sajangnim. Annyeonghaseyo sajangnim. Bye Hamun ah,” kata Mino yang langsung pergi meninggalkan Hamun dan Donghae.

“Bye, Mino oppa,” kata Hamun. Donghae langsung menatap Hamun tajam. “Wae, sajangnim? Aku tidak punya tenaga kalau kau mau mengomeliku sekarang,”kata Hamun.

Donghae menghela nafasnya. “Aku masih kesal, tapi kesehatanmu lebih penting,” ujar Donghae yang membuat Hamun heran.

“Aku tahu kau tidak enak badan tapi dari tadi kau memaksakan dirimu. Kau tak tahu aku sangat khawatir? Makanya aku mengikutimu sampai sini. Ayo kita pulang,” ujar Donghae sambil menggenggam tangan Hamun. “Kalau makin pusing, bilang ya. Biar aku gendong,”

“Hebat, padahal aku sudah berakting dengan baik sampai Mino tidak sadar,”

“See? I’m on different level with him. Makanya kau harus memilihku, Hamun ah,” pinta Donghae sambil melakukan aegyo.

“Menggelikan. Perutku semakin mual mendengarnya,” kata Hamun yang membuat Donghae tertawa terbahak-bahak.

*****

Hyejin menatap Hamun penuh selidik. “Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Hyejin pada Hamun yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.

“Hamun ah, saranghae! Cepat sembuh!” seru seseorang yang bisa Hyejin dengar. Tentu saja Hyejin tahu siapa pelakunya.

“Donghae memang sudah gila. Kau apakan dia?” tanya Hyejin dan Hamun hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. Hamun melempar tubuhnya di sova. “Hei, kau sakit Hamun ah?” tanya Hyejin mengingat ucapan Donghae tadi.

“Iya. Donghae bisa menyadarinya padahal Mino saja yang daritadi bersamaku tidak sadar,” jawab Hamun sambil memijat pelipisnya.

“Hm, hebat juga Donghae. Jadi, apa kalian sudah meresmikan hubungan kalian?” tanya Hyejin.

“Belum eonni,”

“Apa yang kau tunggu?”

“What’s the most important for me? If we talk about man,” tanya Hamun.

“You want someone who afraid of losing you,” jawab Hyejin.

“You’re right. He hasn’t show me that,”

“Apa yang harus dia lakukan, Hamun ah?”

“Entahlah eonni. Aku tidak bisa mengatur hatiku untuk langsung percaya padanya. Sama halnya aku tidak bisa mengontrol hatiku saat akhirnya aku jatuh cinta lagi padanya,”

*****

Donghae sudah menunggu Hamun di depan ruangan HR Team dari 15 menit yang lalu. Donghae mau mengajak Hamun makan siang bersama tapi wanita itu tidak kunjung keluar. Ia mengirim chat pada Hamun tapi tidak dibalasnya.

“Donghae sajangnim, apa yang lakukan disini?” tanya Minah heran.

“Ah Minah, Hamun kemana ya? Aku sudah menunggunya daritadi, aku juga sudah chat Hamun, tapi dia tak keluar-keluar,”

“Hamun tidak masuk hari ini Sajangnim,” kata Minah.

“Mwo? Alasannya?”

“Entahlah, sunbae tidak beritahu padaku. Tapi saat aku mengirimkan chat padanya, dia bilang padaku kalau dia sedang menghindari seseorang di kantor ini,” jawab Minah.

“Mwo? Siapa? Apakah Song Mino?” tanya Donghae panik.

“Bukan Mino. Tapi ia tidak bisa memberitahu padaku siapa yang dia hindari katanya,” jelas Minah lagi.

Wajah Donghae menjadi pucat pasi. Ada ketakutan di dalam hatinya jika yang Hamun hindari adalah dirinya. Donghae memang merasa ia tidak melakukan kesalahan apapun. Akan tetapi, tidak ada yang tahu bagaimana hati Hamun. Meskipun Donghae yakin Hamun mencintainya, tapi ia tidak yakin apakah Hamun sudah memaafkannya. Jadi menurut Donghae, wajar jika Hamun merasa lelah dengan hatinya dan memutuskan untuk pergi dari Donghae.

“Sajangnim, apa kau sudah menanyakan Hyejin?” tanya Minah.

“Ah, Hyejin. Kau benar. Terima kasih Minah ssi,” katanya lalu beranjak pergi. Kalau pun memang benar seperti apa yang ia pikirkan, Dongha ingin mendengar semuanya itu dari Hamun sendiri.

Donghae langsung menelpon Hyejin setelah itu. “Yaa Lee Donghae! Kau dimana?! Kita akan rapat setelah ini, kau tak ingat?! Kau harus mempersiapkan beberapa hal! Ke ruanganmu segera kalau kau tak mau kulaporkan ke HR kalau kau mengabaikan kewajibanmu sebagai Direktur!” seru Hyejin bahkan sebelum Donghae sempat mengeluarkan suaranya.

Donghae melihat tanggal di jam tangannya. Ia baru ingat Kyuhyun mengadakan emergency meeting karena tiba-tiba ada investor yang mau datang. Padahal saat ini pikiran Donghae sedang dipenuhi oleh Hamun. Ia bahkan sudah di dalam mobil untuk pergi ke rumah Hamun.

Donghae: Hamun ah, kau dimana? Kau tidak menghindariku, kan, sayang?

*****

Hyejin berulang kali menelpon Donghae. Dengan terpaksa, Donghae turun dari mobil dan segera pergi ke ruangannya. Sesampainya, ia mendapati Kyuhyun-Hyejin menatapnya tajam. Hyejin dengan segera memberikan beberapa dokumen untuk Donghae baca. “Apa yang kau lakukan sih daritadi? Kita sudah nyaris telat. Ini kau baca dulu sambil jalan. Nanti biar Kyuhyun yang memberikan briefing di awal,”

“Hyejin ah, apa kau tahu Hamun dimana?” tanya Donghae yang langsung membuatnya dipukul dengan gulungan kertas oleh Kyuhyun.

“Pikirkan Hamun nanti. Rapat kita ini sangat penting. Jangan bertindak tidak professional seperti itu,” kata Kyuhyun lalu beranjak pergi dari ruangan itu.

Pikiran Donghae tidak bisa fokus. Ia hanya memikirkan Hamun. Ia sama sekali tidak bisa menangkap apa yang dibacanya tadi atau apa yang saat ini sedang Kyuhyun jelaskan kepadanya dan staffnya yang lain di ruang rapat. Diam-diam Donghae membukan room chatnya dengan Hamun. Bahkan chat yang Donghae kirimkan tadi hanya dibaca oleh Hamun, tidak dibalas. Donghae tidak tenang, ia kembali mengirimkan chat pada Hamun.

Donghae: Hamun sayang, kau tidak masuk kenapa?
Donghae: Hamun?
Donghae: Aku khawatir
Donghae: Gwencana?
Donghae: Apa sakitmu semakin parah?
Donghae: Hamunaaaaaahhhhhh, tolong balaslah. Jangan buat aku khawatir.

Hamun: Oppa, berhenti mengirimiku chat

Donghae: Hamuuun, syukurlah kau membalas chatku

Hamun: Sekarang dan seterusnya.

Donghae: Waeyo………?

Hamun: Aku tidak masuk karena aku tidak mau bertemu denganmu
Hamun: Aku akan menyerahkan surat resignku ke team HR secepatnya
Hamun: Aku belum bisa memaafkanmu. Hatiku masih merasa sakit setiap bertemu denganmu. Aku lelah merasakan semua ini. Aku ingin menghentikannya.
Hamun: Aku akan pergi. Aku akan belajar mencintai lagi.
Hamun: Aku minta maaf. Sekarang aku malah melukaimu.
Hamun: Jangan cari aku. Aku akan pergi. Oppa, annyeong.

Selanjutnya akan dijelaskan oleh Direktur divisi Marketing, Lee Donghae dipersilahkan,” ujar Kyuhyun. Mendengar namanya dipanggil, Donghae segera berdiri. Seharusnya saat ini ia sudah mulai mempresentasikan konten yang ada di proyektor tapi ia malah diam saja.

Staff yang ada disitu saling berbisik karena heran. “Do-donghae sa-sajangnim, ka-kau me-menangis,” ujar salah satu staf yang paling dekat dengan Donghae.

Donghae menyentuh pipinya. Ia tidak sadar kalau dirinya sudah menangis. Ia bisa merasakan sakit yang luar biasa di hatinya sampai-sampai ia tidak bisa lagi mengontrol air matanya. “Sesakit inikah yang Hamun rasakan?” tanyanya pada dirinya.

Saat itu, Donghae baru menyadari kalau ternyata rasanya sesakit ini ketika orang yang kau cintai memilih untuk meninggalkanmu. Terlebih lagi ia meninggalkanmu ketika hatimu telah siap menyambutnya. Meskipun alasannya sangat jelas dan dapat Donghae mengerti, tetap saja rasanya menyakitkan.

Hamun ah, apa yang harus aku lakukan?’

 

To be continued
Thank you so much for reading until this part!
only one part left~

2 thoughts on “A Broken Heart (5)

  1. Tiap scene Donghae nangis tuh rasanya lgsg pengen pukpuk..
    Tapi demi lancarnya hubungan Haemun gpp deh Donghae nangis.
    Biar dia merasakan apa yg Hamun rasakan! *kedip2 antagonis ala sinetron*
    😆😆

    Butuh cerita yg lbh romantis dan jantan dari Donghae di next part biar Hamun makin klepek2 ☺️☺️

    Jangan lama2 ya part 6nya :3

    1. huahahahhaha aku juga suka liat Donghae nangis demi Hamun kaaak, kusuka cowo yang ga malu nangis di depan cewenyaa huahahaha

      part 6 postedddd kak indaaah hhihihi
      makasih uda baca part ini kaaak
      selamat membaca the last partt wkwkwk

Leave a comment