Posted in Donghae, Fan Fiction, Kang Hamun, Kyuhyun, Lee Donghae, Series, Song Hyejin, Super Junior

A Broken Heart (6)

Hope you still waiting for this part, part 6 enjoy 🙂

Years ago, I didn’t realize that heartbreak is such an art. It’s beautiful

Donghae baru menyadari kalau ternyata rasanya sesakit ini ketika orang yang kau cintai memilih untuk meninggalkanmu. Terlebih lagi ia meninggalkanmu ketika hatimu telah siap menyambutnya. Meskipun alasannya sangat jelas dan dapat Donghae mengerti, tetap saja rasanya menyakitkan.

Donghae tertawa dalam tangisnya. Menyadari betapa dalamnya luka yang ia tinggalkan di hati Hamun. Akhirnya ia bisa paham kenapa Hamun membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan hatinya. Ia juga bisa paham kenapa Hamun sampai memutuskan untuk meninggalkannya.

“Donghae ah, kau kenapa?” tanya Kyuhyun yang sudah menghampirinya.

Donghae tersadar dari pikirannya. Ia melihat Kyuhyun dan staffnya menatapnya cemas. “A-aku tidak bisa kehilangannya. Aku takut membayangkan hidupku tanpa dia,” kata Donghae pada Kyuhyun.

Donghae berdiri menghadap para staffnya dan membungkukan badannya. Tentu saja semua staff sangat heran dengan sikap Donghae. “Aku mohon maaf dan memohon pengertian kalian. Aku tahu aku sangat tidak professional. Aku tahu kalau aku sangat tidak tahu malu karena meminta hal ini pada kalian. Tapi izinkan aku untuk mengejar wanita yang aku cintai. Aku melakukan kesalahan besar padanya tapi aku tidak bisa menyerah. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk tidak kehilangan dirinya,” kata Donghae di tengah isakannya.

Semua orang hanya terdiam sambil bertatapan. Mereka tidak tega melihat Donghae yang masih membungkukan badannya sambil menangis.

“Kau harus traktir kami kalau berhasil kembali padanya ya Donghae sajangnim!” seru seseorang membuka suara.

“Good luck sajangnim!”

“Kejarlah dan minta maaf padanya!”

“Kenalkan pada kami ya nanti!”

Donghae menghapus air matanya mendengar dukungan dari staffnya. Ia kembali melihat Kyuhyun, memohon padanya. “Aku tak mau disalahkan dan diprotes semua staff disini. Pergilah. Aku yang urus disini,” kata Kyuhyun sambil menepuk pundak Donghae. Memberikan semangat untuknya.

Setelah Donghae pergi, Kyuhyun menatap Hyejin yang duduk di salah satu kursi staff. Hyejin hanya memberikan senyum penuh arti padanya.

“Baiklah, kita sudahi saja ya rapatnya. Ini bisa kita lakukan lagi bulan depan. Investor yang tadi aku jelaskan sebenarnya baru mau ketemu dua bulan lagi. Jadi, berikan padaku ide-ide brilian kalian sebulan lagi,” kata Kyuhyun yang membuat semua stafnya heran.

“Kalau memang baru dua bulan lagi kenapa kita harus sampai mengadakan emergency meeting seperti ini, sajangnim?” tanya Jihyo yang ikut rapat tersebut.

Kyuhyun tersenyum. “Anggap saja, kita sedang menolong seseorang,” katanya, walaupun tidak ada yang mengerti maksud Kyuhyun.

*****

Donghae mengetok pintu rumah Hamun sekuat tenaganya. “Hamun ah!” serunya. Berulang kali ia memanggil nama itu, tapi wanita itu tidak kunjung keluar. Tangis Donghae yang dari tadi ia tahan akhirnya mengalir kembali. “Hamun ah! Mianhe… Mianhe… Aku mencintaimu. Jangan pergi Hamun.. Aku akan melakukan apa saja untukmu.. A-aku-”

Tiba-tiba pintu rumah itu terbuka. Donghae bisa melihat Hamun tampak begitu pucat. “O-oppa, kenapa kau menangis?” tanya Hamun yang terkejut dengan kehadiran pria itu. Terlebih lagi dia sedang menangis.

Melihat Hamun di hadapannya, Donghae langsung memeluknya. Sangat erat. “Hamun ah, jangan tinggalkan aku, aku mohon. A-aku akan melakukan apapun untukmu. Mianhe Hamun ah, aku mohon,” katanya sambil terisak.

Hamun tidak mengerti apa yang terjadi, tapi ini pertama kalinya ia melihat Donghae seperti itu. Hamun yang tidak tega akhirnya membalas pelukan Donghae. “Oppa, tenang dulu ya, setelah itu baru kita bicara,” kata Hamun sambil mengelus punggung pria itu.

“Ka-kau mau menungguku sampai aku tenang? Kau tidak akan langsung pergi?” tanya Donghae memastikan Hamun tidak kemana-mana.

“Aku akan menemani oppa,” kata Hamun yang membuat Donghae merasa lebih baik.

Setelah Donghae tenang, Hamun hendak beranjak dari sova tapi Donghae menahannya. “Mau kemana Hamun ah?” tanya Donghae.

Hamun bisa melihat kekhawatiran Donghae. “Aku hanya ingin mengambilkan air untukmu, oppa,” jelasnya.

“Aku ikut,” ucap Donghae yang tidak dilarang Hamun. Donghae menggenggam tangan Hamun dan mengikuti setiap langkah Hamun.

“Kau sudah tua tapi seperti anak kecil oppa,” canda Hamun saat melihat tangannya yang digenggam erat Donghae dan saat mendapati Donghae sedang menatapnya lekat, nyaris tidak berkedip.

“Tidak apa kau bilang aku seperti anak kecil. Itu lebih baik daripada aku harus kehilanganmu,” kata Donghae. Hamun memberikan air yang tadi ia ambilkan pada Donghae. Setelah itu, Hamun kembali mengajak Donghae duduk di sova.

“Jadi kenapa oppa kesini sambil menangis?” tanya Hamun.

“Kau bilang, kau akan pergi meninggalkanku karena aku membuat hatimu sakit. Aku pun juga berpikir, mungkin kau akan lebih bahagia jika bersama pria lain. Tapi, aku tidak sanggup kalau kau meninggalkanku. Kini, aku datang untuk memintamu tetap bersamaku. Tidak apa-apa kalau kau belum siap untuk kembali padaku. Kau mau memanfaatkanku untuk jadi supirmu atau anak buahmu, aku tidak masalah asal kau bersamaku,” kata Donghae. Tanpa ia sadari air matanya mengalir lagi.

Hamun menyeka air mata Donghae. “Kau bilang, aku akan meninggalkanmu?” tanyanya yang Donghae jawab dengan anggukan. “Kenapa kau sampai kesini sambil menangis seperti itu hanya karena perkataan itu?”

Donghae menatap Hamun kesal. “Kau bilang ‘hanya’? Yaa, Kang Hamun, apa kau tak tahu kalau aku sampai menangis di depan semua staff karena hatiku sangat sakit saat membaca chatmu itu?”

Hamun terhenyak mendengar perkataan Donghae. “Why? Is it hurting you?”

“Of course. It’s so painful,” kata Donghae yang air matanya kembali mengalir meskipun ia sudah berusaha menahannya.

“Then, why you not just giving up? Isn’t giving up allowed sometime? Isn’t it okay to to stop trying?” tanya Hamun.

“It’s better to feel hurt than I can’t see you around again. I realize that I’m so afraid of losing you. Bahkan ini mengalahkan rasa takutku saat aku harus bertemu dengan para investor perusahaan,” jelas Donghae sambil menatap Hamun lekat.

Hamun mendengar semua yang Donghae ucapkan dengan seksama. Ia juga bisa melihat rasa takut Donghae dari matanya.

Hamun tersenyum pada Donghae. “Oppa, kau tadi bilang aku mengirim chat padamu?” tanyanya yang Donghae jawab dengan anggukan.

“Sepertinya kau dikerjai oleh Hyejin eonni. Smartphoneku hari ini dipinjam olehnya karena miliknya rusak. Lagipula aku tidak masuk hari ini karena sakit, jadi aku pinjamkan padanya,” jelas Hamun yang membuat Donghae menganga tak percaya.

“Maksudmu, yang mengirimiku chat itu adalah Hyejin?!” tanya Donghae. Hamun mengangguk.

Donghae sudah hendak pergi mau memarahi Hyejin, tapi tangannya ditahan oleh Hamun. “Kau jangan memarahi eonni ya. Justru kau harus berterima kasih padanya,” kata Hamun. Ia mengeratkan genggaman tangannya, “Anggap saja hari ini hari pertama kita, bagaimana.. oppa?” tanyanya.

Mendengarnya dipanggil oppa dan kenyataan bahwa hari ini adalah hari pertama mereka membuat Donghae sangat kaget. “Je-jeongmalyo?” tanyanya. Hamun mengangguk.

Bibir Donghae tertarik dari ujung ke ujung, tanda ia bahagia. Ia menarik Hamun dalam pelukannya. “Kau sungguh mau kembali padaku Hamun ah?” tanya Donghae sekali lagi, memastikan tidak ada yang salah dengan pendengarannya.

“Iya. Kau ingat pria seperti apa yang kucari?” tanya Hamun. Donghae terdiam sesaat untuk berpikir.

“You show me that you’re afraid of losing me,” kata Hamun melepas pelukannya. “Thank you for healing me with your love, sajangnim,” ucapnya sambil tersenyum, senyuman yang menurut Donghae dapat melelehkannya.

“Kalau kau tersenyum seperti itu, aku jadi ingin segera menciummu. Apa boleh?”

“Hm, oppa, kenapa kau langsung percaya isi chat yang dikirim Hyejin eonni? Kau tidak merasa aneh? Kemarin kita baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun, kan?” tanya Hamun yang sebenarnya hanya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Donghae tertawa melihat Hamun. “Aku tidak bisa berpikir apa-apa Hamun ah. Tentu saja aku langsung percaya dengan isi chat yang Hyejin kirim,” katanya.

Hamun tertawa mendengar cerita itu. Melihat Hamun, Donghae langsung mengecup bibir gadis itu. Hamun sangat kaget dan hendak memarahi Donghae, tapi pria itu menarik Hamun dalam pelukannya lebih dulu. “Hamun ah, saranghae,” katanya. “Bisakah kita langsung menikah saja? Aku tidak mau kehilanganmu lagi,”

Hamun mengelap bibir Donghae. “Aku sakit. Kalau kau ketularan bagaimana?”

“Ide yang bagus. Kalau aku sakit, kau pasti akan merawatku, kan? Sini aku cium lagi,” kata Donghae.

Hamun mendengus tak percaya mendengar perkataan kekasihnya itu. “Lebih baik kau pikirkan dulu bagaimana cara menghadapi staff-staffmu besok,” canda Hamun yang membuat Donghae menghela nafas panjang.

*****

“Sajangnim, bagaimana kemarin? Apa berhasil?” tanya ajjuma di cafetaria saat memberikan makanan untuk Donghae.

“Aku berhasil ajjuma, terima kasih,” katanya diiringii senyum bahagianya. “Ah, aku boleh minta dagingnya lebih banyak ajjuma? Nanti akan aku ganti dengan uangku sendiri,” pinta Donghae.

Setelah itu, Donghae langsung berjalan menuju meja yang ditempati oleh Hamun, Mino, Kyuhyun, Hyejin, Minah, Hyunah, dan Jihyo. Ia mengambil sebuah kursi lalu berdiri di antara Mino dan Hamun.

“Tolong geser ya Mino ssi. Aku mau duduk di sebelah Hamun,” ujar Donghae dengan lembut walaupun matanya sedang mengancam Mino. Mau tidak mau Mino menggeser tempat duduknya.

“Ah, Kyuhyun ah, Hyejin ah, ajjuma tadi memberikanku terlalu banyak daging. Ini aku berikan,” ujar Donghae sambil memberikan semangkuk daging pada Hyejin dan Kyuhyun. Kyuhyun dan Hyejin tertawa melihat sikap Donghae.

“Ah, Hamun ah, annyeong,” sapa Donghae. “Ini vitamin untukmu supaya kau cepat sembuh. Lalu, sini aku bantu potong dagingnya,” katanya lagi. “Makan yang banyak ya, Hamun ah,”

Minah, Jihyo, Hyunah menatap Donghae heran. “Donghae sajangnim, apa tidak apa-apa kau masih dekat-dekat dengan Hamun seperti itu? Maksudku, aku tahu kalian berteman, tapi apa tidak terlalu dekat? Padahal kau kemarin baru menangis karena seorang wanita,” ujar Minah.

“Ah, maksud Minah, ia takut orang lain berpikir negatif pada Hamun dan sajangnim. Mianhe, Minah kadang suka langsung ceplas-ceplos,” ujar Hyunah memperhalus kalimat minah.

“Ne, sajangnim. Lihat, orang-orang melihat kalian berdua dengan sinis,” jelas Jihyo.

“Eonnidul, tenang saja, kami tidak ada apa-apa kok,” ujar Hamun. Ia bisa merasa kalau Donghae menatapnya tajam.

“Yakin kalian tidak ada apa-apa?” tanya Kyuhyun sambil menatap Hamun penuh arti.

“Ne, sajangnim, kami tidak ada hubungan ap-“

Suara Hamun terputus karena saat itu Donghae mencium bibirnya. Tepat di depan teman-teman mereka dan staff lainnya. Semua orang sudah menatap pasangan itu dengan mulut yang menganga. Bahkan ada yang sampai mengabadikan momen itu di smartphone mereka.

Donghae akhirnya melepaskan bibirnya. Hamun menatap Donghae tak percaya tapi Donghae justru tersenyum bahagia. “Aku akan bertunangan dengannya, secepatnya,” kata Donghae sambil menatap Kyuhyun.

Kini Donghae beralih melihat Hyejin. “Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik seumur hidupnya. Terima kasih sudah membantuku selama ini sepupu iparku,” katanya yang membuat Hyejin tertawa terbahak-bahak.

Donghae kembali memfokuskan dirinya pada Hamun. Saat ini wajah gadis itu sudah merah seperti tomat. “Jadi apa jawabanmu, Hamun ah?” tanya Donghae. Ia menyampirkan rambut Hamun ke belakang telinga, “Aku percaya kau tidak akan membuatku malu dengan menolakku di depan semua staffku, kan, Hamun ah?” bisiknya

“Terima sajangnim Kang Hamun!!” seru Minah yang diikuti oleh staff lainnya.

Hyejin kini berbisik pada Kyuhyun. “Kalau nanti saat kau melamarku tidak lebih keren dari Donghae, awas kau,” katanya yang membuat Kyuhyun tertawa terbahak-bahak.

“Akan kujamin kau tidak bisa menolakku saat itu terjadi,” kata Kyuhyun dengan senyum percaya dirinya.

Belum sempat Hamun menjawab, tiba-tiba Kyuhyun bangkit berdiri. Ia menatap Hyejin penuh arti. “Yeorobun, aku juga mau mengumumkan sesuatu yang penting,” katanya. Kini semua terdiam dan menatap Kyuhyun.

“Aku akan menikah dengan Hyejin,”

“Mwo?!” seru hampir semua orang disitu.

“Minggu depan,” jelas Kyuhyun.

“Mworago?!” seru Hyejin yang bahkan tidak tahu rencana itu. Terakhir kali, Kyuhyun bilang pada Hyejin kalau ia akan mengajak Hyejin menikah tahun depan.

“Semakin cepat, lebih baik, kan, sayangku?” ujar Kyuhyun sambil memberikan senyum termanisnya pada Hyejin.

Semua staff disitu menganga tidak percaya melihat Kyuhyun yang disebut ‘Devil Sajangnim’ berubah menjadi malaikat karena Hyejin.

Kyuhyun kembali memasang tampang seriusnya. “Kalian semua harus membantuku menyiapkan pernikahanku. Kalau tidak, awas kalian,” ancamnya. Mau tidak mau semua orang langsung pergi dari cafeteria itu untuk mulai memesan semua kebutuhan pernikahan Kyuhyun dan Hyejin.

“Mino, Donghae, kalian jadi groomsmenku. Minah, Hyunah, Jihyo, Hamun, kalian jadi bridesmaid Hyejin. Sekarang pergilah cari baju kalian. Ini kartu kreditku,” ujar Kyuhyun sambil memberikan kartunya pada Mino.

“Yaa, yaa, Kyuhyun ah. Aku sampai tidak tidur memikirkan cara bagaimana Hamun tidak menolak lamaranku. Tapi sekarang kau sudah membuat semua staff pergi. Kalau begini, Hamun bisa menolak,” keluh Donghae kesal.

Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan dan menepuk pundah Donghae. “Good luck,” katanya lalu beranjak pergi. Donghae yang masih kesal mengikuti langkah Kyuhyun.

Hyejin dan Hamun saling bertatapan. Akhirnya mereka tertawa bersama. “Selamat eonni. Crazy woman like you deserve a crazy man like him,” kata Hamun sambil memeluk kakak sepupunya itu.

“Karena moodku sedang bagus, aku anggap itu pujian. Kau juga, jangan terlalu lama menggantungkan Donghae. Okay?” kata Hyejin.

*****

Hamun memasuki ruang foto bersama dengan Hyejin dan bridesmaid lain. Disana sudah ada Kyuhyun dan para groomsmennya, termasuk Donghae.

“Hamun ah, cantik sekali,” kata Donghae yang terpana melihat Hamun. Kini semua orang disitu menatapnya kecuali Hamun. Hamun bersikap tidak peduli karena ia belum tahu bagaimana cara menghadapi Donghae saat ia bersama orang lain.

Hyejin mendengus kesal mendengar perkataan Donghae tadi. “Yaa, yang akan menikah dan pakai baju pengantin hari ini adalah aku. Apa aku masih kalah cantik dibanding Hamun?” protes Hyejin.

“Sajangnim, aku, Jihyo, dan Hyunah pakai gaun yang sama dengan Hamun. Sajangnim tidak memuji kami?” protes Minah juga.

Donghae tak berniat menjawab pertanyaan dari Hyejin ataupun Minah. Ia tetap menatap Hamun tanpa menghapus senyumnya. Melihat itu, Kyuhyun langsung memukul pelan kepala Donghae.

“Yaa! Sakit!” keluh Donghae.

“Hari ini kau harus bilang Hyejin cantik. Awas kalau tidak. Kau tidak kurestui dengan Hamun,” ancam Kyuhyun.

Donghae menatap Hyejin malas dan memberikan senyum pura-pura. “Omona, cantik sekali Hyejin hari ini? Luar biasa,” katanya.

Hyejin tertawa melihat Donghae yang memujinya setengah hati tapi ia tidak peduli. Pernikahannya lebih penting. “Kajja, kita foto bersama,” ajaknya. Tentu saja Donghae langsung mengambil posisi di sebelah Hamun. Kyuhyun dan Mino bahkan harus menariknya sekuat tenaga agar ia mau berdiri di samping Kyuhyun.

Setelah beberapa saat, akhirnya sesi foto selesai. Kyuhyun dan Hyejin sudah bersiap masuk ke dalam ruangan. Tiba-tiba, Donghae berseru memanggil nama Hamun. Mau tidak mau, semua orang yang disitu menghentikan langkahnya.

“Ada apa oppa?” tanya Hamun bingung.

“Kau sangat cantik. Tapi aku perhatikan ada yang kurang,” katanya. Hamun menatap Donghae bingung.

Donghae mengambil tangan Hamun dan menyematkan sebuah cincin dijari manis Hamun. “Mau bertunangan denganku, Hamun ah?” tanya Donghae. Hamun terkejut dengan pertanyaan yang begitu tiba-tiba itu.

“A-aku.. Oppa, ini..”

“Aku tidak akan melepaskan tanganmu sebelum kau menerimaku,” kata Donghae sambil memberikan senyum usilnya pada Hamun.

“Wah, Donghae sajangnim daebak,” seru Minah, Hyunah, dan Jihyo bersamaan.

“Hamun ah, cepat jawab saja ‘iya’, sebentar lagi Kyuhyun sajangnim harus masuk,” kata Mino.

“Apalagi yang kau tunggu? MC sudah mulai membacakan sambutan pembuka,” ucap Kyuhyun yang sudah tertawa melihat tampang panik Hamun.

“Hamun ah, jangan membuat eonnimu telat ke pernikahannya sendiri,” kata Hyejin.

“Jadi, apa jawabanmu, Kang Hamun?” tanya Donghae sekali lagi.

*****

Pernikahan Hyejin dan Kyuhyun berjalan dengan lancar meskipun waktu persiapannya hanya seminggu dan ada kejadian yang mengejutkan tadi.

“Aku pergi ya Donghae ah. Antarkan Hamun pulang dengan selamat tapi kau tidak boleh menginap di rumah. Awas kau kalau macam-macam dengan Hamunku,” ancam Hyejin sebelum ia masuk ke dalam mobil.

“Hamun ah, kau harus hati-hati ya. Donghae juga pria. Bisa saja tiba-tiba ia lupa diri,” giliran Kyuhyun menasehati Hamun.

“Yaa, memangnya kami seperti kalian? Dasar. Cepat pergi sana. Aku sudah ingin berduaan dengan Hamun,” seru Donghae yang membuat mereka semua tertawa.

Setelah Hyejin-Kyuhyun pergi, Donghae mengajak Hamun jalan-jalan di sekitar venue pernikahan. “Katamu, kau mau melihat laut di malam hari, kita jalan kesana dulu baru pulang bagaimana? Kau kesana dulu ya, aku ambilkan minum,” kata Donghae yang disetujui Hamun.

Sambil menunggu Donghae, Hamun menatap cincin di jari manisnya. Ia tersenyum saat melihatnya.

“Hamun ah, bisa tidak kau lebih sering tersenyum di depanku? Kau selalu seperti itu, saat aku pergi kau senyum-senyum sendiri,” ujar Donghae yang datang membawakan wine untuk Hamun.

“Aku tersenyum karena baru menyadari kalau oppa sangat licik. Kau sengaja, kan, tadi mengatakan itu disaat Hyejin eonni harus masuk ke ruangan?” tebak Hamun.

Donghae mencium kening Hamun. “Pintar sekali. Calon istrinya siapa sih?” tanya Donghae yang membuat keduanya tertawa.

Selama beberapa saat, keduanya terdiam menikmati pemandangan yang ada di depan mereka. Langit, laut, dan bulan. Semuanya begitu indah. Terlebih lagi, Donghae tidak sendirian saat ini, tetapi ditemani oleh wanita yang sangat ia kasihi.

“Hamun ah,” panggil Donghae. Hamun menatapnya lekat.

“Aku tahu, cinta tidak selalu perlu diucapkan dengan kata. Tanpa kata itu pun, aku tahu kau mencintaiku seperti aku mencintaimu. Tapi, aku boleh minta sesuatu?” tanya Donghae dengan wajahnya yang serius.

“Apa itu?”

“Apa aku boleh mendengarkan kata yang tidak pernah sempat kau ucapkan padaku dulu? Malam itu, di rumah sakit. Sesuatu yang aku yakin tidak berubah sampai saat ini. Boleh?” tanyanya.

Hamun terdiam tidak menjawab. Donghae menyadari, mungkin permintaannya bisa menyakiti hati Hamun karena ia akan mengingat malam menyedihkan itu.

Donghae mengelus pipi Hamun. “Tentu saja kau tidak perlu mengatakannya kalau itu membuat hatimu kembali sakit. Gwencana. Aku tahu hatimu meskipun kau tidak pernah mengatakannya,” kata Donghae.

Hamun tersenyum mendengar ucapan Donghae. Sampai saat ini pun, Donghae kembali lebih mementingkan perasaan Hamun dibandingkan keinginannya.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Ini bukan sesuatu yang ingin kusampaikan dulu. Tapi ini mungkin pertama kali dan terakhir kalinya aku mengatakannya padamu. Jadi, ingat baik-baik ya,” kata Hamun.

Hamun menatap lekat Donghae dan menyentuh wajah pria itu. “Years ago, I didn’t realize that heartbreak is such an art. It’s beautiful. And when I’m with you, I got something better to know, it’s when a broken heart is cured by an endless love that drives away every fear. It’s more than beautiful.”

Hamun tertawa kecil melihat reaksi Donghae. “Sudah kuduga kau akan menangis,” candanya.

Donghae menggenggam tangan Hamun. “Harusnya aku rekam tadi. It’s such beautiful word,”

“I have something better than that,” kata Hamun.

Donghae terdiam menanti. Sedangkan Hamun sudah mendekatkan bibirnya pada Donghae. “I love you,” ucapnya lalu mengecup bibir Donghae dengan lembut.

Hamun dan Donghae saling menatap setelah Hamun melepas bibirnya. Donghae menghela nafas panjang. “Hamun ah, mau ke rumahku saja?” tanya Donghae.

“Hyejin eonni bisa marah kalau tahu aku tidak pulang,”

“Bilang saja, kau mau melihat Choco, anak anjing yang kau bawa waktu itu. Kau rindu padanya,” kata Donghae yang membuat Hamun tertawa.

“Oppa, sabar ya. Antarkan aku pulang ke rumahku ya, oppa,” kata Hamun dengan senyum usilnya. Donghae memasang wajah kecewa di depan Hamun. Melihat itu, Hamun langsung menggenggam tangan Donghae dan mengajaknya pulang.

Donghae tersenyum menatap tangannya yang bertautan dengan tangan Hamun.

I love you. Words that he wants to hear from her. Words that created for the only man who can heal her heart. Finally, she can tell him. Eventhough it takes a long time, but its worth the wait.

 

END

Finally Happy Ending~~ heart that ever broke finally healed by Donghae hahahaha
How how how? kkk
Thank you so much for reading this ff till the last part 🙂

2 thoughts on “A Broken Heart (6)

  1. Finally!
    Happy ending buat semua, reader jadi ikut happy 💃

    Terima kasih sdh membuat series yg menghibur dan mengaduk2 esmosi yaaaa
    Jangan sungkan bikin yg lain loh 😆😆😆

    1. uuu makasih banyak kak indaah sudah ngikutin dari awaal kwkwkw
      doain abis ini ada ide buat bikin ff lagi ya kaaak
      ditunggu juga Minah dan Jiwooon uuu :3

Leave a comment