Posted in Donghae, Fan Fiction, Kang Hamun, Lee Donghae, Series, Song Hyejin, Super Junior

A Broken Heart (2)

Enjoy part 2 🙂

Isn’t it okay to say, ‘this really hurts, so I’m going to stop trying’?

*****

“Hai Hyejin ah, kau sedang disini?” tanya Donghae yang berdiri di depan pintu apartemen Hamun.

“Do-donghae? Ke-kenapa kau bisa ada disini? Apa Hamun tahu?!” tanya Hyejin yang kaget dengan kemunculan temannya itu.

“Eonni, apa itu Donghae oppa? Ajak dia masuk ya. Aku cuci piring dulu,” teriak Hamun dari dapur.

Hyejin mengajak Donghae masuk dan duduk di ruang TV Hamun. Donghae merasa Hyejin sedang menatapnya penuh selidik. “Kalau kau penasaran, kau sebaiknya bertanya Hyejin ah,” kata Donghae.

“Jadi, kenapa Hamun bisa kesini?” tanya Hyejin bingung. “Ini pertama kalinya Hamun memperbolehkan pria datang ke apartemennya setelah mantan pacarnya dulu,”

“Aku ingin menemaninya mengerjakan skripsi, kebetulan aku juga sedang ada kerjaan. Jadi aku bisa membangunkannya kalau dia ketiduran, vice versa,” jawab Donghae yang membuat Hyejin memukul kepalanya.

“Yaa, Hyejin ah! Sakit!”

“Bukan itu, maksudku bagaimana bisa kalian jadi sedekat ini sampai Hamun memperbolehkanmu datang kesini?” tanya Hyejin yang sudah bisa mengelaborasi pertanyaannya.

Donghae tertawa. “Aku bilang padanya kalau aku ingin melindungi hatinya, jadi kami memutuskan untuk mencobanya,”

“Benarkah? Kau yakin? Kau sudah melupakan Johee? Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau melukainya,”

“Aku belum sepenuhnya melupakan Johee. Seperti yang kau tahu, kami pacaran cukup lama. Akan tetapi, saat aku melihat Hamun, aku sangat ingin melindunginya. Kurasa tidak butuh waktu banyak untuk mencintainya. Kau tahu, bahkan akhir-akhir ini saat aku tidur, yang terakhir kali kupikirkan adalah Hamun,” kata Donghae dengan wajah yang berseri-seri.

“Hamun tahu kau belum sepenuhnya melupakan Johee?” tanya Hyejin.

Donghae mengangguk. “Hamun meminta pengertianku. Jatuh cinta adalah hal yang susah baginya. Dia tidak akan memberikan hatinya sepenuhnya sampai aku benar-benar melupakan Johee. Jadi, kami masih sama-sama belajar,” lanjutnya.

Hyejin menghela nafas panjang. Bahkan saat ini ia jadi tidak tahu apakah yang dilakukan Donghae-Hamun adalah keputusan yang tepat atau tidak.

*****

Sudah dua bulan hubungan Hamun dan Donghae berjalan. Sebulan ini juga, Donghae sering datang menemani Hamun menyelesaikan skripsinya. Hari ini kebetulan Hyejin sedang rindu dengan Hamun makanya dia ikut bergadang di apartemen Hamun.

“Apa yang kalian lakukan selama dua bulan ini?” tanya Hyejin.

“Hal standar seperti yang eonni dan Kyuhyun oppa lakukan,” cerita Hamun.

“Mwo? Kalian sudah berciuman dan tidur bersama?!” tanya Hyejin panik.

“Ah mian, aku lupa standar pasangan Hyejin dan Kyuhyun beda denganku,” canda Hamun. Hyejin menghela nafas lega. “Kita menonton, makan bersama, saling membantu kalau ada kesusahan, saling mengirim chat kalau sedang tidak capek, dan saling menemani kalau bergadang seperti ini,” lanjutnya.

Hyejin memandang Hamun yang sedang melihat Donghae tertidur. “Boleh aku berpendapat? Kurasa kau sudah jatuh cinta padanya,” kata Hyejin yang sepanjang hari ini mengamati interaksi Hamun dan Donghae.

Hamun tersenyum mendengar hal itu. “Apakah terlihat jelas?” tanya Hamun. Hyejin mengangguk.

“Eonni benar. Dia begitu baik dan tulus. Aku nyaman bersama dengannya. Tapi, aku belum tahu bagaimana perasaannya,” jelas Hamun.

“Sebaiknya kau sampaikan perasaanmu itu padanya dan tanya perasaannya padamu,” ujar Hyejin. Ia bisa melihat keraguan di wajah Hamun. “Wae? Kau takut kalau ternyata Donghae belum melupakan Johee?”

“Ne. Aku takut. Aku sudah lama tidak pernah merasakan perasaan ini. Aku ingin merasakannya lebih lama lagi,”

“Hamun, semakin cepat kalian memastikan perasaan masing-masing akan lebih baik. Kalau memang dia belum yakin dengan perasaannya, kau bisa segera mengakhiri semuanya sebelum kau lebih terluka lagi,” kata Hyejin. “Kau harus katakan semuanya besok. Okay? Besok.”

“Erg.. Apa yang kalian bicarakan?” tanya Donghae dengan suara sengaunya. Hamun dan Hyejin tidak tahu sejak kapan Donghae bangun, mereka segera menghentikan percakapan mereka.

“Kami tidak bicara sesuatu yang penting oppa. Hm, itu di mata oppa ada kotoran,” ujar Hamun berusaha mengalihkan pembicaraan. “Sini aku bantu bersihkan,” ujarnya yang membuat Donghae sangat senang.

“Terima kasih Hamunie,” ucap Donghae sambil mencubit kedua pipi Hamun. “Sudah sampai mana skripsimu? Sini oppa bantu ya. Sekarang gantian Hamun yang tidur. Tidur dipundakku boleh,” tawarnya.

“Heol, dasar dua makhluk ini, aku geli melihatnya,” kata Hyejin yang membuat Hamun-Donghae tertawa.

*****

Sudah seminggu berlalu, tapi Hamun belum juga menyampaikan perasaannya. Sampai akhirnya ia mendengar kabar kalau Donghae mengalami kecelakaan di kantornya. Hamun langsung pergi menuju rumah sakit tempat Donghae dirawat dengan berurai air mata.

“Hamun ssi!” panggil seseorang saat Hamun kebingungan mencari Donghae di unit gawat darurat.

Donghae tersenyum ketika melihat Hamun berjalan menghampirinya dan langsung memeluknya. Baru kali ini ia melihat Hamun kacau seperti ini. Ia bahkan bisa mendengar isakan Hamun. “Hamun menangis karena aku?” tanya Donghae.

“A-aku tidak menangis. Kau-kau harusnya bilang yang jelas kalau yang luka hanya kaki. A-aku kira kau sudah kenapa-kenapa,” omel Hamun yang makin mengeratkan pelukannya.

Donghae kini membalas pelukan Hamun. “Mianhe, tapi aku senang kau datang untukku sambil menangis seperti itu,” katanya. “Sudah selesai menangisnya? Mau temani aku ambil obat tidak?”

Hamun melepaskan pelukannya. Donghae mengelap kedua pipi Hamun dengan tangannya. Ia mengambi ujung bajunya untuk mengusap hidung Hamun. Hamun mengalungkan tangan Donghae dipundaknya. “Jalan pelan-pelan saja ya, aku bantu,” kata Hamun.

“Kalau ternyata aku terluka parah dan tidak selamat, apa yang paling kau sesali Hamun?” tanya Donghae.

Hamun menengadahkan kepalanya dan menatap Donghae lekat. “Aku akan sangat menyesal karena aku belum menyampaikan sesuatu yang paling penting padamu,” ujarnya.

Donghae tersenyum mendengar itu. “Aku pasti juga akan menyesal kalau pergi dulu sebelum mendengarkan itu. Hm, tapi, bagaimana kalau kita bicarakan itu nanti di mobil atau di apartemen? Aku takut kau malu dan wajahmu memerah disini,” ujar Donghae yang membuat Hamun menatapnya bingung.

“Memangnya oppa tahu apa yang mau aku bicarakan?” tanya Hamun.

“Aku bisa menebak. Insting. Hm, rasanya aku ingin berlari biar cepat selesai, cepat pulang, dan aku bisa mendengarkan apa yang mau kau sampaikan,” ujar Donghae sambil mengelus kepala Hamun lembut.

*****

Saat Hamun dan Donghae sedang mengantri obat dan administrasi pembayaran, Donghae mendengar seseorang memanggilnya. Hamun dan Donghae menoleh. Mereka melihat wanita tua di kursi roda dan Johee di belakangnya.

Donghae bisa merasa Hamun menggenggam tangannya lebih erat. Donghae tersenyum pada Hamun, meyakinkan padanya kalau dia akan baik-baik saja menghadapi Johee. Ia meminta Hamun menunggunya disini. Sambil terpapah, Donghae menghampiri wanita tua itu.

“Eomeoni, apa kabar? Sekarang di rawat di rumah sakit ini?” tanya Donghae padanya. Ia adalah ibu Johee.

Wanita itu tidak menjawab, justru ia kini sudah menangis. Ia menggenggam tangan Donghae erat. “Mianhe, Donghae ah. Mianhe. Karena aku, hubunganmu dan Johee harus berakhir,”

“Omma! Kau tidak perlu membahas itu!” seru Johee yang membuat Donghae makin bingung. Semua mata kini sudah memandang mereka. Hamun pun demikian.

“Maksud eomeoni apa? Aku tidak mengerti,” tanya Donghae pada wanita tua itu. Johee hendak menarik kursi roda itu agar mereka pergi dari sini, tapi Donghae menahannya. “Aku ingin mendengar penjelasan eomeoni,” katanya pada Johee.

“Untuk pengobatanku, akhirnya Johee menerima perjodohan dengan Tuan Han, kekasihnya sekarang. Padahal ia masih sangat mencintaimu Donghae ah. Johee sangat mencintaimu. Johee cerita padaku tentang betapa sakit hatinya karena ia harus memutuskanmu dan menyakitimu. Ia melakukan itu semua agar kamu cepat melupakannya. Hatiku hancur saat meliat air mata Johee, Donghae ah,” ujar wanita itu sambil menangis. Johee pun sudah tidak bisa menyembunyikan air matanya.

Hamun mengepalkan tangannya saat ia melihat Donghae berdiri untuk memeluk Johee. Hamun merasa takdir begitu jahat padanya. Ia terlambat menyadari kalau hubungan Johee dan Donghae sudah sedalam itu. Ia merasa kehadirannya selama beberapa waktu dengan Donghae tak bisa mengalahkan Johee. Salah, bahkan mungkin dari awal tidak ada kesempatan untuknya di hati Donghae. Padahal, waktu yang mereka habiskan bersama selama ini terlanjur membuat Hamun mencintai Donghae.

Hamun memohon pada dirinya agar ia tidak menangis saat ini. Meskipun rasanya mustahil, tapi ia masih berharap Donghae akan memilihnya. Hamun masih berharap, saat ini Donghae hanya ingin memberikan kekuatan pada Johee. Hamun berharap, Donghae menepati janjinya.

Hamun: Oppa, kau bicara dulu saja dengan Johee. Aku akan menunggu di mobil.

*****

Hamun membuka kunci mobilnya saat Donghae mengetuk kaca mobil. “Jadi, bagaimana tadi oppa?” tanya Hamun. Donghae terdiam tanpa berani menatap Hamun.

Hamun menangkup wajah Donghae. Donghae melihat saat ini Hamun tersenyum lirih padanya. “Oppa, wae? Atau sebelum kau menjelaskan, apa kau mau mendengar yang ingin kusampaikan?” tanya Hamun.

Donghae mengelus pipi Hamun yang entah sejak kapan basah karena air matanya. Donghae sadar kalau Hamun pun tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Menyadari ia akan menyakiti Hamun, air mata Donghae pun ikut mengalir. Ia merasa tidak ada kata yang bisa dia ucapkan untuk mengurangi luka di hati Hamun. Ia berjanji untuk melindungi hatinya tapi kini justru ia yang melukainya.

Hati Hamun sangat sakit. Sakit melihat tangis Donghae dan sakit untuk menerima kenyataan yang ada. Ia tahu Donghae akan memilih Johee. Ia ingin marah pada Donghae tapi tidak bisa. Bukan Donghae yang salah kalau ternyata hatinya belum melupakan Johee. Ia tahu Donghae tak bisa mengatur hatinya. Sama seperti hati Hamun yang jatuh hati pada Donghae tanpa peringatan.

Hamun menarik Donghae dalam pelukannya. “Sesakit itu kah untuk menyampaikannya?” tanya Hamun yang hanya bisa Donghae jawab dengan anggukan. “I should have kept my heart with me instead of giving it to you, right, Donghae oppa?”

*****

“Hi Hyejin ah, apa kabar? Long time no see,” sapa Donghae saat Hyejin sudah tiba di café tempat mereka janji untuk bertemu.

“Yaa, hanya 3 bulan kita tidak bertemu. Aku baik. Kau sendiri?” tanya Hyejin yang hanya dijawab dengan senyum lirih oleh Donghae.

“Why? Apa Johee ternyata mengkhianatimu lagi?” tanya Hyejin.

Donghae tertawa mendengar pertanyaan itu. “Ani, Johee sudah sangat baik sekarang tapi aku memutuskan untuk tidak kembali padanya,”

“Mwo?”

“It all comes down to the last person you think of at night. That’s where your heart is. And I always think about Hamun not Johee. But it’s just too late. I already hurt her,”

Hyejin tak percaya dengan apa yang ia dengar. Selama ini ia melihat sepupunya menderita padahal ternyata Donghae sayang padanya. “Lalu kenapa kau tak bilang saja pada Hamun?” tanya Hyejin bingung.

“Aku masih bertanggung jawab pada Johee dan eomeoni. Aku tidak bisa egois dan melepaskan mereka begitu saja. Kau tahu bagaimana mereka menolongku selama ini. Aku tak bisa kembali pada Hamun sebelum urusanku dengan Johee benar-benar selesai,” jelas Donghae.

“Aku masih belum mengerti..” kata Hyejin yang tidak bisa menerima alasan Donghae.

“Hyejin ah, apa kau pikir Hamun akan tenang jika ia tahu aku harus membantu Johee merawat eomeoninya di rumah dan di rumah sakit? Apa menurutmu Hamun tidak akan merasa sedih saat aku harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan eomeoni dan Johee dibandingkan dirinya? Kalau menurutmu Hamun tidak akan tersakiti karena itu, aku akan kembali padanya sekarang juga,”

Hyejin tak bisa berkata apa-apa setelah Donghae menjelaskan itu semua. Ini keputusan yang sulit. Ia juga menyadari kalau Donghae sama tersiksanya seperti Hamun. “Baiklah. Aku menghargai keputusanmu. Walaupun sebenarnya aku berharap kau bisa kembali pada Hamun. By the way, kenapa kau mengajakku bertemu?”

“Ini, hadiah untuk kelulusan Hamun. Bilang saja darimu,” ujar Donghae sambil memberikan sebuah kotak yang berisi jam tangan.

Hyejin menghela nafas panjang dan berjanji akan memberikan hadiah itu pada Hamun. “Kau yakin tidak ingin bertemu langsung dengannya?”

“In the right time, maybe we’ll meet again when we’re different. Maybe then we’ll be better for each other.”

*****

“Selamat untuk kelulusanmu sayang,” ujar Hyejin yang datang bersama Kyuhyun di upacara kelulusan Hamun.

“Selamat ya Hamun. Aku sudah menunggumu di perusahaan kami. Kami butuh orang pintar sepertimu di team HR kami,” kata Kyuhyun sambil memeluk Hamun.

“Terima kasih eonniku dan Kyuhyun sajangnim,” canda Hamun yang membuat Kyuhyun-Hyejin tertawa.

“Ah, ini hadiah untukmu dariku,” ujar Hyejin sambil memberikan sebuah kotak hitam pada Hamun.

Hamun tersenyum bahagia mendapat hadiah dari Hyejin. Hamun membuka kotak itu dan senyumnya menghilang. “Apakah ini dari Donghae?” tanya Hamun. Kyuhyun dan Hyejin saling bertatapan, tak tahu harus berbohong seperti apa.

“Terima kasih masih mengingat janjimu ini. Aku tidak bisa memakainya, tapi akan aku simpan,” kata Hamun untuk pemberi jam tangan itu, meskipun pria itu tidak ada bersamanya saat ini dan seterusnya.

“Hamun ah, kau tidak mau mencoba mengejarnya? Memintanya kembali padamu?” tanya Hyejin.

Hamun tersenyum lirih. “Isn’t giving up allowed sometimes? Isn’t it okay to say, ‘this really hurts, so I’m going to stop trying’?” tanya Hamun.

“Aku sudah memutuskan untuk menyerah, eonni, oppa. Aku tak ingin hatiku terluka lagi.”

To be continued
Thank you for reading this part! ^^

2 thoughts on “A Broken Heart (2)

  1. Pengen marah sama Donghae ga sanggup
    Pengen marah sama Johee lgsg inget eommanya
    Trs aku kudu marah sama siapaaaa?!?!
    Kesel! 😡😡😡😡
    Eeeeerrgghhh

    Walapun aku tau HaeMun will be together tapi aku butuh part 3 ASAP
    Tolong disegerakan ya magnae
    Penasaran tingkat dewa nih.. 😔

    Terima kasih, magnae..
    Dirimu berhasi mengaduk2 esmosiku di siang hari yg terik ini 😂

    1. kwkwkwkwkwkw makasih ya kak indaah uda bacaaa
      request dari kak indah uda terlaksana kaak, sudah aku post ya part 3nyaa kwkwkw
      selamat membaca kak indaaah :))

Leave a comment